Minggu, 03 Oktober 2010

KONSEP DASAR BELAJAR

1.    Konsep Dasar Belajar
               Belajar merupakan kunci yang paling vital dari setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar.
               Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan karena kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terpilih sebagai khalifah di muka bumi ini. Boleh jadi, karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
 
1.1.    Pengertian Belajar
               Belajar adalah kegiatan yang berposes dalam menggunakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasi; atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantuk pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun berada di lingkungan ruman atau keluarganya sendiri[1].
               Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai belajar dengan segala aspek, bentuk, dan menivestasinya mutlak diperlukan iloh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.
               Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau meteri pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru[2].
               Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan biasa seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, selanjutnya akan disajikan beberapa defenisi dari para ahli yang diantaranya sebagai berikut :
·           S. Nasution M.A., mendefenisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar[3].
·           Sardiman A.M. : belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya[4].
·           S. Suryabrata : belajar itu merupakan suatu perubahan berupa kecakapan baru melalui suatu usaha tertentu[5]. Usaha tersebut dapat diproleh melalui sebuah proses yang disebut pendidikan.
·           Ngalim Purwanto : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang[6].
·           M. Dalyono : belajar itu merupakan usaha melakukan perubahan progressive dalam tingkah laku, sikap dan perbuatan[7]. Dengan begitu, melalui belajar anak diharapkan dapat mengalami peningkatan kepribadian yang diinginkan.
·           Dr. Oemar Hamalik : belajar merupakan proses penerimaan pengetahuan yang diserap dari lingkungan peserta didik dengan pengamatan yang dibantu melalui panca indranya[8].       
·           Ahmad Thonthowi : belajar merupakan perubahan tingkah laku karena latihan dan pengalaman[9].
·           Wasty Soemanto : belajar itu merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan[10].
·           Whittaker O. James : “learnig may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience”. Artinya, belajar itu merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman[11].
·           Crounbach J. Lee : “Learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Dengan demikian belajar yang efektif dapat di peroleh melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung
dengan obyek belajar dengan menggunakan semua alat indranya[12].
·           Kingsley L. Howard : “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed thorough practiceor training. Artinya, belajar adalah proses djmana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan[13].
·           Barlow Daniel Lenox : “Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Artinya, belajar merupakan suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif[14].
 
               Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :
“Belajar itu merupakan perubahan tinggah laku yang bersifat progresif yang didapat melalui pengalaman langsung dengan  melibatkan kemampuan panca indranya dalam menangkap dan mencerna informasi yang didapat dari lingkungannya”.


[1] Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 63.
 
[2] Varia Winansih, Pengantar Psikologi Pendidikan, Bandung : Cipta Pustaka Media, 2008, hal. 30.
[3] S. Nasution, M.A., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara, 1988, hal. 68.
 
[4] Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 20.
 
[5] Drs. Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed.S, Ph.D, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Perada, 1984, hal. 232.
 
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya 1998, hal. 84.
 
[7] Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997, hal. 48.
 
[8] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001, hal. 44.
 
[9] Drs. Ahamad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, Bandung : Angkasa, 1993, hal. 99.
 
[10] Drs. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Malang : PT. Rineka Cipta, 1990, hal. 99.
 
[11] Whittaker O. James, Introduction to Psycology, Tokyo : Toppan Company Limited, 1970, hal. 215.
 
[12] Crounbach J. Lee, Educational Psycology, New Harcourt : Grace, 1954, hal. 47.
 
[13] Kingsley L. Howard & Garry Ralph, The Nature of Condition Learning, N.J. : Pretice Hall, Inc. Engliwood Clifts, 1957, hal. 12.
 
[14] Barlow Daniel Lenox, Educational Psycology The Teaching Learning Process, Chicago : The Moody Bible Institute, 1985, hal. 94